Pertama aku mengenalmu, aku bahkan tidak tahu tentang perasaanku yang dalam ini untukmu.bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya. Sampai akhirnya kita dekat dan semakin dekat dan sampai pada akhirnya aku menyadari perasaan ini yang tumbuh dengan sendirinya untukmu, ya hanya untukmu.
Berkali-kali aku memberi kode. Kode akan harapanku padamu, tapi kamu hanya membalasnya dengan cuek, dengan ketidak ingin tahuan, tanpa aku sadari perasaan ini tumbuh dengan sendirinya semakin besar, semakin dalam dan tulus dari dasar hatiku. Tetapi kamu masih saja acuh dengan sikapmu itu. Sampai akhirnya aku ingin sebuah kepastian , kepastian yang mungkin akan berhasil baik. Dan sampai akhirnya aku mengajakmu untuk bertemu dan bertanya tentang kelanjutan hubungan kita.
Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk berterus terang tentang perasaanku tentangmu
“Dio, aku suka sama kamu” jujurlah aku dengan perasaan cemas
“terus? Gue harus apa?” jawab dio dengan nada cueknya
“tapi beneran diooooooo aku suka sama kamu, kamu gak peka banget sih” jawabku dengan rasa kesal.
“yaudah vena, mau lo apa? Gue Cuma anggep lo sebagai teman aja” jawab dio dengan singkat
“kamu tuh……. Tapi aku jg sayang sama kamu dio!!! Tidakkah kamu melihatnya?”
“terus? Peduli gue apa ven? Gue Cuma mau kita menjadi teman. Tidak lebih kalaupun gue menginginkan lebih ya berarti gue Cuma mau kita sekedar bersahabat atau menjadi teman baik” jawab dio
“kenapa? Kamu tidak ingin mencoba untuk menjalaninya dulu denganku? Apa kurangku padamu? Apa yang salah dengan perasaan ini? Tidakkah aku boleh mencintaimu?”
“semua itu butuh proses ven gak bisa lo memaksakannya dengan alasan apapun. Bukankah cinta yang terpaksa itu sungguh menyakitkan?”
“iya kamu benar dio. Mungkin aku yang salah. Aku yang terlalu cepat untuk mencintaimu” jawabku dengan perasaan kecewa.
“lo gak pernah salah ven hanya waktu saja yg belum tepat. Kita berada diwaktu yang salah.”
“oke. Aku paham itu yo” aku berlari meninggalkan Dio di taman itu sendirian, membeku, dan hanya melihatku pergi tanpa menahanku untuk tetap bertahan.
Tibanya aku di rumah aku hanya bisa menangis, membayangkan kata-kata Dio yang masih teringat jelas dikepalaku. Pusing rasanya , nyesak mendengarnya teganya dia berbicara seperti itu padaku. Tidakkah dia lihat cinta yg begitu besar dan tulus ini dariku? Sebelumnya tidak pernah aku merasa sesedih ini karna dia. Karna cinta yg kupunya dan karna cinta yg tak pernah kunjung dibalas olehnya. Hati ini begitu sakit. Begitu pedih membayangkan semua harapan-harapanku hilang begitu saja. Aku hanya terdiam, terkejut dan hanya bisa menangisi keadaan ini tanpa bisa berbuat apa-apa.
Tibalah hari esok di sekolah, dio terlihat tidak seperti biasanya denganku.
Dia berubah menjadi sesosok dio yg tak pernah kukenal, seribu pertanyaan menyerbuku dalam waktu yang bersamaaan. Aku mencoba menyapanya dengan tatapan dingin.
“dio baru datang?” tanyaku acuh
“iya. Kenapa? Emg lo galiat gue nih baru datang?” jawab dio dengan nada juteknya
“liat sih aku nanya saja kok. Kamu terlihat berubah sekali denganku”.
“biasa aja. Lo aja yg lebay” jawabnya dengan cuek dan dingin tidak seperti biasanya.
“yaudah , aku duluan ya ke kelas” jawabku dengan dingin tak mau kalah dengan dio
“oke”
Di kelas, aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam, kecewa, sedih dan ingin sekali aku pergi dari hidupnya. Tetapi kemudian aku mencari cara agar dia bisa kembali menjadi dio yang dulu. Yang dekat denganku yang aku kenal.
*sepulang sekolah di taman*
"Hai Dio" aku menyapanya
"iya Ven to the point aja ada apa lo ajak gue kesini?"
"aku cuma mau tanya apa kamu menghindar dariku karna pernyataanku yang kemarin? jawab dengan jujur yo aku tidak ingin semua berubah, aku ingin kita yang dulu" kataku dengan nada terisak
"oh itu. gue cuma mau kita temenan aja ya gak lebih"
"oke kalo itu alesanmu aku terima, tapi adakah alasan yang lainnya?"
"tidak ada" jawabnya dengan jutek.
"oke kalau begitu kamu boleh pulang yo aku hanya ingin menanyakan saja"
"oke gue duluan"
setibanya aku di rumah, aku terus memikirkan sikap dio yang berubah begitu cepat kepadaku. ada apa denganmu yo? apakah terlalu aneh jika aku mencintaimu? apa yg harus aku perbuat untuk mendapatkan kamu yang dulu? haruskah aku pergi dari hidupmu? jika memang harus begitu aku akan lakukan.
sungguh aku merindukanmu yang dulu.
di pagi hari yang cerah ini aku merasa sakit. sakit yang bahkan aku tidak tahu apa penyebabnya, kepalaku pusing, badanku lemas, dadaku sesak, entah apa yg harus aku perbuat.
sampai akhirnya aku tidak kuat lagi dan mencoba bertanya kepada mamahku ada apa denganku? mengapa tubuhku tidak seperti biasanya? . mamahku memberi saran agar aku ke dokter.
setibanya aku dari rumah sakit aku terkejut, bibirku bergetar, bahkan aku tak bisa berbicara apapun seketika bibirku membisu. hanya air mata yang bisa menceritakan semuanya .aku divonis menderita kanker otak stadium 4. tangisku pecah dalam kesunyian.
keesokan harinya di sekolah
"venaaaa!! lo kemana ajasih? gue kangen tau sama lo" tanya dio penasaran
"hehe sorry yo aku sibuk" aku berbohong menutupi semuanya.
"ah jangan bohong lo sama gue, lo kenapa? sakit? kok muka dan badan lo gak seperti biasanya ya?" tanyanya dengan penasaran
"gak ada kebohongan kok, aku bahkan baik-baik saja"
"oh jadi lo gamau cerita apa-apa sama gue? gue sahabat lo kan? cerita dong"
"aku divonis menderita kanker otak stadium 4" jawabku dengan mata yg berkaca-kaca.
"HAH? APAAAAA? KENAAPA LO GAK CERITA SEMUA INI KE GUE VEN!!!???" jawabnya dengan nada marah.
"aku kira kamu tidak akan peduli lagi denganku setelah kejadian kemarin"
"siapa bilang? gue peduli sama lo, gue menyesal udah ngehindar dari lo. maafin gue ya ven gue pengen kita sahabatan lagi seperti dulu" jawabnya dio dengan jujur.
"serius?" tanyaku dengan gembira
"iyaaa venaaaa! gue sayang banget sama lo. lo sahabat gue apapun yang terjadi"
"pinky swear? (vena mengacungkan jari kelingkingnya)"
"yes, i do (menyambut acungan jari kelingkinnya dio)"
hari ini lengkap sudah semuanya senang, sedih, kecewa, menjadi satu sekarang bebanku saat ini adalah baagaimana aku menyembuhkan penyakitku ini?
Berkali-kali aku mencoba mencari cara, mencari jalan keluar untuk menyembuhkan penyakit terkutukku ini
tuhan mengapa kau kasih cobaan yg berat ini kepadaku? mengapa kau berikan duka saat bahagia menghampiriku? akankah aku bertahan hidup? tuhan aku tak sanggup menjalaninya, ini terlalu berat untukku tuhan.
berbulan-bulan , bertahun-tahun tidak juga penyakit ini hilang dari tubuhku. mengapa jadi begini? mengapa semua seolah lebih menyakitkan? aku takut tuhan meninggalkan ini semua, aku takut pergi meninggalkan mereka. ya mereka yang aku sayangi termasuk kamu dio. aku takut semua ini tidak akan sama saat aku pergi, tapi aku harus pergi , aku tak sanggup, ini semua sungguh membuatku semakin sakit. sakit yg terus-menerus muncul setiap kali aku berhadapan denganmu dio. akankah kamu menangisiku? akankah kamu merasa kehilanganku? dan akankah aku sangat berarti untukmu? bukankah sesuatu yg sudah pergi akan lebih terasa berarti? diooooo adakah aku dihatimu?
hari itu tiba.
vena masuk rumah sakit selama beberapa hari, dan.................
itulah waktu terakhir vena saat dirumah sakit.
semua pun hadir keluarganya , bahkan dio
dio tak pernah menyangka vena pergi secepat itu saat semuannya kembali seperti dulu. tak sadar dio berlinang airmata, bagaimana mungkin vena yg begitu disayanginya , yg begitu peduli terhadapnya pergi secepat itu? tak pernah terlintas dibenak dio vena pergi secepat itu.
#note jangan pernah menyia-nyiakan org yg slalu peduli padamu karna itu semua tidak akan sama lagi setelah dia pergi dari hidupmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar